4.
INTRA UTERIN FETAL DEATH (IUFD)
A. Pengertian
IUFD adalah kematian janin dalam kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin
lebih dari 1000 gram. (kamus istilah kebidanan)
Kematian
janin dalam kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. KJDK atau IUFD sering
dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 mingu atau sesudah 20 minggu (synopsis
Obstetri, hal :24)
IUFD
adalah kematian janin dalam intra uteri dengan BB janin 500 gram atau lebih
atau janin pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu. Kematian janin
dalam kandungan atau IUFD adalah kehamilan yang terjadi saat usia kehamilan
lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih
(dr. Nasdaldy,Sp.OG)
B. Etiologi
Secara
umum :
·
Perdarahan, plasenta
previa dan solusio plasenta
·
Preeklamsi dan eklamsi
·
Penyakit-penyakit
kelainan darah
·
Penyakit-penyakit
infeksi dan penyakit menular
·
Penyakit-penyakit
saluran kencing : bakteriusia, peelonefritis
·
Glomerulonephritis dan
payah ginjal
·
Penyakit endokrin,
diabetes mellitus dan hipertiroid
·
Malnutrisi dan
sebagainya
v Fetal
(penyebab 25-40 %)
Anomali/malformasi kongenital mayor
: Neural tube defek, hidrops, hidrosefalus, kelainan jantung congenital.
Ø Kelainan
kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik
biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi.
Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain
biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari
plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir premature
Ø Kelainan
kongenital (bawaan) bayi
Yang bisa
mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi cairan
dalam tubuh janin.Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa
menyebabkan hambatan nafas bayi.Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari
banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau
terjadi kelainan pada paru-parunya.
Ø Janin
yang hiperaktif
Gerakan janin
yang berlebihan apalagi hanya pada satu arah saja- bisa mengakibatkan tali
pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh
darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin
akan tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut
bisa membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit
bergerak.Hingga saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak
bisa terdeteksi.Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa
saat hamil.
Ø Infeksi
janin oleh bakteri dan virus.
v Placental,
penyebab 25-35%
•
Abruption
•
Kerusakan tali pusat
•
Infark plasenta
•
Infeksi plasenta dan selaput ketuban
•
Intrapartum asphyxia
•
Plasenta Previa
•
Twin to twin transfusion S
•
Chrioamnionitis
•
Perdarahan janin ke ibu
•
Solusio plasenta
v . Maternal, penyebab 5-10%
•
Antiphospholipid antibody
•
DM
•
Hipertensi
•
Trauma
•
Abnormal labor
•
Sepsis
•
Acidosis/ Hypoxia
•
Ruptur uterus
•
Postterm pregnancy
•
Obat-obat
•
Thrombophilia
•
Cyanotic heart disease
•
Epilepsy
•
Anemia berat
•
Kehamilan lewat waktu (postterm)
Kehamilan
lebih dari 42 minggu. Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami
penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi
dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau,
akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa
dievaluasi melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri
umbilikalis jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera
dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal
kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.
v .
Sekitar 10 % kematian janin tetap tidak dapat dijelaskan.Kesulitan dalam
memperkirakan kausa kematian janin tampaknya paling besar pada janin preterm.
C. Klasifikasi
Kematian
janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
1.
Golongan I: kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
2.
Golongan II: kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
3.
Golongan III: kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal death)
4.
Golongan IV: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di atas
D. Patofisiologi
Janin
bisa juga mati di dalam kandungan (IUD) karena beberapa factor antara lain
gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal tersebut menjadi berbahaya karena
suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Sehingga
pertumbuhan janin terhambat dan dapat mengakibatkan kematian.Begitu pula dengan
anemia, karena anemia adalah kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe
dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah
janin tidak seimbang dengan pertumbuh janin ( IUGR).
E. Patologi
Janin
yang meninggal intra uterin biasanya lahir dalam kondisi maserasi.Kulitnya
mengelupas dan terdapat bintik-bintik merah kecoklatan oleh karena absorbsi
pigmen darah.Seluruh tubuhnya lemah atau lunak dan tidak bertekstur.Tulang
kranialnya sudah longgar dan dapat digerakkan dengan sangat mudah satu dengn
yang lainnya.Cairan amnion dan cairan yang ada dalam rongga mengandung pigmen
darah. Maserasi dapat terjadi cepat dan meningkat dalam waktu 24 jam dari
kematian janin. Dengan kata lain, patologi yang terjadi pada IUFD dapat terjadi
perubahan-perubahan sebagai berikut:
a. Rigor
mortis (tegang mati)
Berlangsung
2 ½ jam setelah mati, kemudian janin menjadi lemas sekali.
b. Stadium
maserasi I
Timbul
lepuh-lepuh pada kulit.Lepuh-lepuh ini mula-mula berisi cairan jernih kemudian
menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah janin mati.
c. Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air
ketuban menjadi merah coklat. Terjadi setelah 48 jam janin mati.
d. Stadium maserasi III
Terjadi
kira-kira 3 minggu setelah janin mati.Badan janin sangat lemas dan hubungan
antar tulang sangat longgar.Terdapat edema di bawah kulit.
F. Penegakan
Diagnosis
a. Anamnesis
·
Ibu tidak merasakan
gerakan jnin dalam beberapa hari atau gerakan janin sangat berkurang
·
Ibu merasakan perutnya
bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilantidak seperti biasanya.
·
Ibu belakangan ini
merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau
melahirkan.
·
Penurunan berat badan
·
Perubahan pada payudara
atau nafsu makan
b. Pemeriksaan
Fisik
·
Inspeksi
§ Tidak
kelhiatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu
yang kurus
§ Penurunan
atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu
§ Terhentinya
perubahan payudara
·
Palpasi
§ Tinggi
fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ; tdak teraba gerakan-gerakan
janin
§ Dengan
palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
·
Auskultasi
Baik
memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak akan terdengan denyut jantung
janin
c. Pemeriksaan
Lab
·
reaksi biologis
negative setelah 10 hari janin mati
·
hipofibrinogenemia
setelah 4-5 minggu janin mati
d. Pemeriksaan
Tambahan
·
Ultrasound: - gerak
anak tidak ada
·
denyut jantung anak
tidak ada
·
tampak bekuan darah
pada ruang jantung janin
·
X-Ray :
1.
Spalding¡’s sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling tumpah tindih,
pencairanotak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak.
2.
Nanjouk¡’s sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung
3.
Robert¡’s sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada pembuluh darah besar. Tanda
ini ditemui setelah janin mati paling kurang 12 jam
4.
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.
G. Penatalaksanaan
Bila
disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim tidak usah terburu-buru
bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian
diagnosis.
·
Biasanya selama masih
menunggu ini 70-90 % akan terjadi persalinan yang spontan
·
Jika pemeriksaan
Radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari. Tanda-tandanya
berupa overlapping tulang tengkorak, hiperfleksi columna vertebralis, gelembung
udara didalam jantung dan edema scalp.
·
USG merupakan sarana
penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian janin dimana
gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan, tidak ada denyut jantung
janin, ukuran kepala janin dan cairan ketuban berkurang
·
Dukungan mental
emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu didampingi
oleh orang terdekatnya. Yakinkan bahwa kemungkinan besar dapat lahir
pervaginam.
·
Pilihan cara persalinan
dapat secara aktif dengan induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan
pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
·
Bila pilihan penanganan
adalah ekspektatif maka tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu dan yakinkan
bahwa 90 % persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi
·
Jika trombosit dalam 2
minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan penanganan aktif.
·
Jika penanganan aktif
akan dilakukan, nilai servik yaitu
§ Jika
servik matang,lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin.
§ Jika
serviks belum matang, lakukan pematangan serviks dengan prostaglandin atau
kateter foley, dengan catatan jangan lakukan amniotomi karena berisiko infeksi
·
Persalinan dengan
seksio sesarea merupakan alternatif terakhi
·
Jika persalinan spontan
tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks belum matang,
matangkan serviks dengan misoprostol:
§
Tempatkan mesoprostol
25 mcg dipuncak vagina, dapat diulang sesudah 6 jam
§
Jika tidak ada respon
sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan
berikan lebih dari 50 mcg setiap kali dan jangan melebihi 4 dosis.
·
Jika ada tanda infeksi,
berikan antibiotika untuk metritis.
·
Jika tes pembekuan
sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah, waspada koagulopati
·
Berikan kesempatan
kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan kegiatan ritual bagi
janin yang meninggal tersebut.
·
Pemeriksaan patologi
plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi
·
Bila setelah 3 minggu
kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah diagnosis. Partus belum
mulai maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan induksi persalinan
·
Induksi partus dapat
dimulai dengan pemberian esterogen untuk mengurangi efek progesteron atau
langsung dengan pemberian oksitosin drip dengan atau tanpa amniotomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar