TUGAS
KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN I
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL
Dibuat oleh :
Nama : Novianty Lomo
NIM : 14150047
Kelas :A.11.2
Program Studi : D3- Kebidanan
Fakultas
Kesehatan
Universitas
Respati Yogyakarta
Laksada
Adisucipto Km.6,3 Depok, Sleman, Yogyakarta
Ringkasan
1.
Hakikat
psikologi
hampir semua aspek kehidupan kita dengan
makin kompleksnya masyarakat, psikologi mengembangkan peran yang makin penting
dalam memecahkan masalah manusia. Masalah manusia ada yang umum dan ada yang
khusus contoh yang umum seperti membesarkan anak agar lebih baik? Bagaimana
cara mencegah penyakit jiwa ? dan usaha yang dilakukan untuk menghilangkan
stress, dll.
Masalah lainnya bersifat khusus tindakan
apa yang terbaik untuk menangani masalah merokok dan kegemukan ? mampukah pria
merawat anak-anak seterampil wanita ?
Psikologi berpengaruh dalam kehidupan
kita didalam bidang apapun. Terlebih dalam bidang kebidanan dan psikologi
tersebut menjadi sangat penting.
Seseorang makan pagi, naik
sepeda,berbicara, memerah mukanya, dll. Semua itu mempunyai perilaku yakni
kegiatan organisme yang dapat diamati dengan pendekatan perilaku, seorang ahli
psikologi mempelajari individu dengan cara mengamati perilakunya dan bukan
mengamati kegiatan bagian tubuh.
2.
Kebutuhan
psikososial
Hak-hak
Pasien
Hak pasien merupakan bagian dari hak
manusia, mengingat hak merupakan tuntutan secara rasional dalam situasi
tertentu. Setiap manusia mempunyai hak untuk dihargai sebagai manusia. Beberapa
hak pasien dalam pelayanan kesehatan , adalah sebagai berikut:
a.
Hak mendapatkan
pelayanan kesehatan yang adil, memadai, dan berkualitas
b.
Hak untuk diberikan
informasi
c.
Hal untuk dilibatkan
dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan
d.
Hak untuk diberikan
informed consent
e.
Hak untuk menolak suatu
consent
f.
Hak untuk mengetahui
nama dan status tenaga kesehatan yang menolong
g.
Hak untuk mempunyai
pendapat
h.
Hak untuk diperlakukan
secara hormat
i.
Hak untuk
konfidentialitas memperoleh kerahasiaan termasuk privasi.
j.
Hak untuk memilih
integritas tubuh
k.
Hak untuk kompensasi
terhadap cedera yang tidak ilegal
l.
Hak untuk
mempertahankan kemuliaan (dinitas)
Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang, Didalamnya diberikan dukun.
Educator
Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang, Didalamnya diberikan dukun.
Educator
Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis.
Tahap Perkembangan
Psikososial
Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian memiliki ciri utama setiap
tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis. Adapun tingkatan dalam delapan
tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia adalah sebagai berikut:
1. Trust vs Mistrust
(percaya vs tidak percaya)
a. Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan.
b. dari lahir sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar
dalam hidup.
c. bayi sangat tergantung dari pengasuhan.
d. Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia.
2. Autonomy vs Shame and Doubt (otonomi vs malu dan ragu-ragu)
a. Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
b. masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari
pengendalian diri.
c. latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting.
d. Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih
yakni atas pemilihan makanan, mainan
yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
e. Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri,
sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap
diri sendiri.
3. Initiative vs Guilt ( inisiatif dan rasa bersalah)
a. Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
b. masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia
melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya.
c. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin
orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
d. Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah,
perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif.
e. Rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.
4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
a. Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
b. Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap
keberhasilan
dan kemampuan mereka.
c. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan
yang dimilikinya.
d. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua,
guru, atau teman sebaya akan
merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
e. Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan
pengalaman baru.
f. Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka
mengarahkan energi mereka menuju
penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
g. Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah
berkembangnya rasa rendah diri,
perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
h. Guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.
5. Identity vs identify confusion (identitas vs
kebingungan identitas)
a. Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
b. Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
c. Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju dalam
kehidupannya.
d. Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa,
pekerjaan dan romantisme.
e. Jika remaja menjajaki peran dg cara yang sehat dan positif maka identitas
positif akan dicapai.
f. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara
memadai menjajaki banyak peran, jika
jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
g. bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal,
kepekaan diri, perasaan mandiri dan
control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
h. Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan
muncul rasa tidak aman dan bingung
terhadap diri dan masa depannya.
6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
a. Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
b. Tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat
& siap berkomitmen dg orang
lain.
c. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit
dan aman.
d. Identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang
intim.
e. Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak
dalam interaksi dengan orang.
7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
a. Terjadi selama masa pertengahan dewasa
b. Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap
karir dan keluarga.
c. Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka
berkontribusi terhadap dunia .
d. Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak
terlibat di dunia ini.
8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
a. Terjadi selama masa akhir dewasa.
b. cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
c. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya
percuma dan mengalami banyak penyesalan.
d. Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa.
e. Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan
keberhasilan dan kegagalan yang
pernah dialami.
f. Individu ini akan mencapai kebijaksaan
1.
Pengertian Kebutuhan Psikososial:
Manusia adalah makhluk biopsikososial
yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia
selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang
dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan
sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya.
Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus
membina hubungan interpersonal positif .
B. Jenis-jenis Kebutuhan Sosial Psikologi pada Masa Remaja
Menurut Andi Mappiare (1982) ada dua jenis kebutuhan remaja yaitu: kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer itu menyangkut kebutuhan makan, minum, tidur dan lain-lain, sedangkan kebutuhan sekunder berupa kebutuhan untuk dihargai, untuk mendapat pujian, memperoleh kedudukan dalam kehidupan orang lain, menghasilkan sesuatu dan semacamnya.
Status Emosi
Setiap individu mempunyai kebutuhan
emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan, otonomi, identitas,
harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz (1966) Merangkum kebutuhan
tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi, control dan afeksi.
Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapt berupa perasaan atau
prilaku yang tidak diharapkan, seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa
tidak pasti.
Kebutuhan interpersonal akan inklusi,
control dan afeksi kadang saling tumpang tindih dan berkesinambungan.
Kebutuhan akan inklusi :
Merupakan kebutuhan untuk menetapkan dan
memelihara hubungan yang memuaskan dengan orang. Dalam lingkungan perawatan
kesehatan, kebutuhan inklusi dapat dipenuhi dengan memberi informasi dan
menjawab semua pertanyaan, menjelaskan tanggung jawab perawat dalm memberi
perawatan dan mengenali kebutuhan serta kesukaan pasien.
Kebutuhan akan kontrol
:
Berhubungan dengan kebutuhan untuk
menentukan dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan orang lain dengan
memperhatikan kekuasaan, pembuatan keputusan dan otoritas.
Contoh: Saat orang
melepaskan tanggung jawab pribadinya dan menjadi pasien yang sangat terikat dan
tidak berdaya yang selalu meminta petunjuk dari semua orang mengenai apa yang
harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Dibalik prilaku itu tersembunyi
ansietas, bermusuhan dan kurang percaya terhadap orang lain atau diri
sendiri. Intervensi keperawatan yang membantu pasien menerima tanggung jawab
untum membuat keputusan mengenai perawatan pasien yang menunjang pemulihan
control.
Kebutuhan Afeksi :
Seseorang membangun hubungan saling
memberi dan saling menerima berdasarkan saling menyukai. Afeksi
diungkapkan dengan kata-kata cinta, suka, akrab secara emosional, pribadi,
sahabat, dan intimasi.
Rentang Respon Emosional :
RENTANG RESPONS
EMOSIONAL
Respons
Adaptif
Respons Maladaptif
Kepekaan emosional
|
Reaksi berduka
takterkomplikasi
|
Supresi emosi
|
Penundaan reaksi
berduka
|
Depresi/mania
|
Pengertian:
a. Kepekaan emosiaonal
adalah Respons emosional termasuk
dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal
sesorang. Tersirat bahwa orang tersebut terbuka dan sadar akan perasaannya
sendiri.
b. Reaksi berduka takterkomplikasi
Terjadi sebagai respons terhadap
kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi suatu kehilngan yang
nyata serta terbenam dalam proses berdukanya.
c. Supresi emosi
Mungkin tampak sebagai penyangkalan
(denial) terhadap perasaan sendiri, pelepasan dari keterikatandengan emosi atau
penalaran terhadap semua aspek dari dunia afektif seseorang.
d. Penundaan reaksi berkabung
Ketidakadaan yang persisten respons
emosional terhadap kehilangan . ini dapat terjadi pada awal proses berkabung
dan menjadi nyata pada kemunduran proses, mulai terjadi atau keduanya.
Penundaan dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun-tahun.
e. Depresi atau melankolia
Suatu kesedihan atau perasaan berduka
berkepanjangan. Dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena, tanda,
gejala, sindrom, keadaan emosional, reaksi, penyakit atau klinik.
f. Mania
Ditandai dengan elevasi alam perasaan berkepanjangan dan mudah tersinggung.
Konsep Diri
Pendahuluan :
§
KD adalah Semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
§
Berkembang secara bertahap, saat bayi mulai mengenal dan membedakan
diri dengan orang lain.
§
Pembentukan KD dipengaruhi asuhan orang tua dan lingkungan.
§
Tercapai aktualisasi diri ( Hirarkhi maslow) → Perlu KD yang sehat.
Komponen KD :
1. Body Image ( Citra tubuh)
§
Sikap terhadap tubuh secara sadar dan tidak sadar
§
Mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi
penampilan
tubuh dulu dan sekarang
2. Ideal diri
§
Persepsi individu → bagaimana harus berprilaku sesuai standar prilaku.
§
Akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.
3. Harga diri (HD)
§
Penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis → sejauh mana prilaku
memenuhi ideal diri.
§
Sukses → HD tinggi, gagal → HD rendah
§
HD diperolah dari diri sendiri dan orang lain.
4. Peran diri (PD).
§
Pola sikap, prilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan
posisinya di masyarakat.
5. Identitas Diri
§
Kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian
yang merupakan sintesis dari semua aspek dari KD sebagai suatu kesatuan yang
utuh.
Faktor yang mempengaruhi KD :
1. Tingkat perkembangan dan kematangan
Dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak
2. Budaya
Usia anak → nilai diadopsi dari orang tua.
3. Sumber eksternal dan internal
Eksternal → Dukungan masyarakat, ekonomi yang bagus.
Internal → humoris, agamis, berpendidikan
4. Pengalaman sukses dan gagal →
meningkatkan/menurunkan KD.
5. Stresor
Stresor (perkawinan, pekerjaan baru, ujian, ketakutan, PHK, dll), jika
koping tidak efektif → depresi, menarik diri dan kecemasan.
6. Usia, keadaan sakit dan trauma →
mempengaruhi persepsi diri
Kriteria Kepribadian sehat :
1. Citra tubuh yang positif dan kuat
2. ideal dan realitas
3. Konsep diri yang positif
4. Harga diri yang tinggi
5. Kepuasan penampilan peran
6. Identitas jelas.
Ciri konsep diri rendah (carpenito, 1995)
1. Menghindari sentuhan atau melihat bagian
tubuh tertentu.
2. Tidak mau berkaca
3. Menghindari diskusi tentan topic dirinya.
4. Menolak usaha rehabilitasi.
5. Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
6. Menginglari perubahan pada dirinya.
7. Peningkatan ketergantungan pada orang
lain.
8. Adanya tanda keresahan seperti marah,
putus asa, menangis.
9. Menolak berpartisipasi dalam perawatan
diri.
10. Tingkah laku merusak, seperti penggunaan narkoba.
11. Menghindari kontak social.
12. Kurang
percaya diri
Faktor risiko gangguan konsep diri
1. Gangguan identitas diri
a) Perubahan perkembangan.
b) Trauma
c) Jenis kelamin yang tidak sesuai
d) Budaya yang tidak sesuai
2. Gangguan citra tubuh (body image)
a) Hilangnya bagian tubuh
b) Perubahan perkembangan
c) Kecacatan
3. Gangguan harga diri
a) Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
b) Kegagalan perkembangan
c) Kegagalan mencapai tujuan hidup
d) Kegagalan dalam mengikuti aturan normal
4. Gangguan peran
a) Kehilangan peran
b) Peran ganda
c) Konflik peran
d) Ketidakmampuan menampilkan peran
Stress dan Adaptasi
Stress merupakan bagian dari kehidupan
yang mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan.
Secara sederhana stress adalah kondisi dimana adanya respons tubuh terhadap
perubahan untuk mencapai normal. Sedangkan stressor adalah sesuatu yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami stress. Stressor dapat berasal dari internal
misalnya, perubahan hormon, sakit maupun eksternal misalnya, temperatur dan
pencemaran.
Seseorang mengalami situasi bahaya, maka
respons akan muncul. Respons yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Perubahan dari suatu
keadaan dari respons akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan
antara lingkungan internal dan eksternal. Contoh adaptasi misalnya: optimalnya
semua fungsi tubuh, pertumbuhan normal, normalnya reaksi antara fisik dan
emosi, kemampuan menolerir perubahan situasi.
a. Fisiologi Stress dan Adaptasi
Tubuh selalu berinteraksi dan mengalami
sentuhan langsung dengan lingkungan, baik lingkungan internal seperti
pengaturan peredaran darah, pernapasan. Maupun lingkungan eksternal seperti
cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons normal atau tidak normal.
Keadaan diman terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan fungsi normal
disebut homeostatis. Homeostatis
dibagi menjadi dua yaitu homeostatis
fisiologis misalnya, respons adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga
dan homeostatis psikologis misalnya,
perasaan mencintai dan dicintai, perasaan aman dan nyaman.
b. Respons fisiologi terhadap stress
Respons fisiologi terhadap stress dapat
diidentifikasi menjadi dua yaitu local
adaptation syndrome (LAS) yaitu
respons lokal tubuh terhadap stressor misalnya kalau kita menginjak paku maka
secara refleks kaki akan diangkat atau misalnya ada proses peradangan maka
reaksi lokalnya dengan menambahkan sel darah putih pada lokasi peradangan dan general adaptation syndrome (GAS) yaitu
reaksi menyeluruh terhadap stressor yang ada.
Dalam proses GAS terdapat tiga fase:
1) pertama, reaksi peringatan ditandai oleh peningkatan aktifitas neuroendokrin yang berupa peningkatan
pembuluh darah, nadi, pernapasan, metabolisme, glukosa dan dilatasi pupil.
2) kedua, fase resisten dimana fungsi kembali normal, adanya
LAS, adanya koping dan mekanisme pertahan.
3) ketiga, fase kelelahan ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan darah, panik,
krisis.
Dapat berupa depresi, marah, dan
kecemasan. Kecemasan adalah respons
emosional terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir
nilainya buruk. Ada empat tingkatan kecemasan, yaitu :
1)
Cemas ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari–hari. Pada tingkat ini lahan
persepsi melebar dan individu akan berhati–hati dan waspada. Respons cemas
ringan seperti sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala
ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat
duduk dengan tenang dan tremor halus pada tangan.
2) Cemas sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Respons cemas
sedang seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,
anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampu
diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak.
3)
Cemas berat
Pada cemas berat lahan persepsi sangat sempit. Respons kecemasan berat
seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dab sakit
kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak
mampu menyelesaikan masalah, blocking,
verbalisasi cepat dan perasaan ancaman meningkat.
4) Panik
Pada tahap ini lahan persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat
mengendalikan diri sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan
tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa–apa walaupun
telah diberi pengarahan. Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan
palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak
dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak–teriak, blocking, kehilangan kendali dan
persepsi kacau.
a. Faktor – faktor yang Dapat Menimbulkan Stres
a) Lingkungan yang asing
b) Kehilangan kemandirian
sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang lain
c) Berpisah dengan pasangan dan keluarga
d) Masalah biaya
e) Kurang informasi
f) Ancaman akan penyakit yang lebih parah
g) Masalah pengobatan
DEFINISI COPING
Strategi coping merupakan suatu upaya individu untuk
menanggulagi stress yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara
melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam
dirinya sendiri.
Coping yang efektif untuk dilaksanakan adalah coping yang membantu
seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan
tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).
JENIS-JENIS KOPING YANG KONSTRUKTIF/SEHAT
KOPING KONSTRUKTIF/MERUSAK :
1.Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai
macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif
yang dianggap paling menguntungkan.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen
emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan
ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang
berhubungan dengan persoalan yang tidak berkaitan.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada
persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk
terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan
persoalan yang sedang dihadapi.
4. Humor
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang
sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas,
terang dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
5. Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap
situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan
memberikan reaksi yang lebih konstruktif.
6. Toleransi terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan
yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi
ketidak jelasan tersebut.
7. Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain.
Empati juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati
dan dirasakan oleh orang lain.
KOPING POSITIF ( SEHAT)
1. Antisipasi
Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk
menerima suatu perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik
emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu
mengantisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan cara
menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.
2. Afiliasi
Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau
bersatu dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu
individu pada saat menghadapi konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu
mencari sumber- sumber dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan
pertolongan.
3. Altruisme
Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan cara
mementingkan kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya
stres baik dari dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan
pengabdian pada kebutuhan orang lain.
4. Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu
stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya
secara lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang
lain.
5. Pengamatan diri (Self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu
melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran diri atau
mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan
seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin
mendalam.
HUBUNGAN SOSIAL
Hubungan
sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses yang asosiatif dan disosiatif.
Hubungan sosial asosiatif merupakan hubungan yang bersifat positif, artinya
hubungan ini dapat mempererat atau memperkuat jalinan atau solidaritas
kelompok. Adapun hubungan sosial disosiatif merupakan hubungan yang bersifat
negatif, artinya hubungan ini dapat merenggangkan atau menggoyahkan jalinan
atau solidaritas kelompok yang telah terbangun.
Hubungan
sosial asosiatif adalah proses interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan
meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Hubungan sosial asosiatif memiliki
bentuk-bentuk berikut ini.
a.
Kerja sama
b.
Akomodasi; dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau
sebagai suatu proses. Sebagai keadaan, akomodasi adalah suatu bentuk
keseimbangan dalam interaksi antarindividu atau kelompok manusia dalam
kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku. n masalah yang
terjadi dapat dilakukan.
c.
Asimilasi; adalah proses sosial yang timbul apabila ada
kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling
bergaul secara interaktif dalam jangka waktu lama.
d.
Akulturasi; adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur
budaya asing ke dalam kebudayaan sendiri.
Bentuk-Bentuk Hubungan Disosiatif
a.
Persaingan; adalah suatu proses sosial yang dilakukan
oleh individu atau kelompok dalam usahanya mencapai keuntungan tertentu tanpa
adanya ancaman atau kekerasan dari para pelaku.
b.
Kontravensi; merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada di antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi
adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang atau unsur-unsur budaya
kelompok lain.
c.
Pertentangan/Perselisihan; adalah suatu proses sosial di
mana individu atau kelompok menantang pihak lawan dengan ancaman dan atau
kekerasan untuk mencapai suatu tujuan.
KONSEP
DIRI REMAJA YANG SEHAT.
Menurut
Lautel dan Klatell tahun 1991, Konsep diri mempengaruhi kesehatan mental dan
bahkan perkembangan kepribadian remaja. Untuk membina konsep diri yang sehat
(positif), remaja perlu menilai diri sendiri.
Candles
pada tahun 1972 mengemukakan bahwa ramaja yang memiliki penilaian diri sendiri,
menapakkan hidup bahagia karena dapat menerima keberadaan dirinya sendiri
sebagaimana adanya. Mereka dapat menyadari bahwa mereka bukanlah individu yang
sempurna, dan dapat menerima kegagalan dan memahami kegagalan tersebut sebagai
jalan untuk sukses, bukan sebagi kebodohan.
Mc
Candles mengemukakan konsep diri remaja sebagai berikut :
1.
Tepat dan sama.
Konsep
Diri remaja tepat dan sama dengan kenyataan pada diri remaja tersebut,
contohnya adalah remaja merasa dirinya mampu berprestasi di sekolah,
kenyataannya memang dia berpretasi di sekolah, atau seorang remaja laki-laki
mampu memerankan diri dengan baik dalam penampilan dan tugas serta tanggung
jawabnya sebagai seorang lelaki.
2.
Fleksibel.
Konsep
Diri remaja yang sehat ditandai oleh fleksibel atau keluwesan remaja dalam
menjalankan peran dalam masyarakat. Contohnya sebagai siswa di sekolah tugasnya
adalah belajar, sedangkan dirumah tugasnya sebagai seorang kakak mengasuh adik
dan membantu keluarga. Remaja ini mudah berubah pendapat, sulit dipercaya dan
tidak tegas dalam menentukan jalan hidupnya.
3.
Kontrol diri.
Konsep
diri remaja yang sehat mampu mengatur hidupnya sendiri sesuai standar tingkah
laku dirinya sendiri, bukan di atur oleh orang lain. Remaja ini mudah menyesuaikan
diri dengan standar tingkah laku yang dituntut lingkungan, mudah memotivasi
diri untuk mencapai tujuan
C. Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian
a. Pengkajian psikologis
1) Status emosional
- Apakah emosi sesuai perilaku?
- Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
- Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasaanya?
- Apakah perasaan hati sekarang merupakan cirri khas klien?
- Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
2) Konsep Diri
- Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
- Bagaimana orang lain menilai diri klien?
- Apakah klien suka akan dirinya?
3) Cara Komunikasi
- Apakah klien mudah merespons?
- Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
- Bagaimana perilaku nonverbal klien dalam berkomunikasi?
- Apakah klien menolak untuk memberi respons?
4) Pola interaksi
- Kepada siapa klien mau berinteraksi?
- Siapa yang penting atau berpengaruh bagi klien?
- Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau positif?
b. Pengkajian Sosial
1)
Pendidikan
a) Pendidikan terakhir
b) Keterampilan yang mampu dilakukan
c) Pekerjaan klien
d) Status keuangan
2)
Hubungan social
a) Teman dekat klien
b) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
c) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
3)
Faktorkultural social
a) Apakah agama dan kebudayaan klien?
b) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
c) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan
orang lain?
4) Pola
Hidup
a) Dimana tempat tinggal klien?
b) Bagaimana tempat tinggal klien?
c) Dengan siapa klien tinggal?
d) Apa yang klien lakukan untuk menyenangkan diri?
5)
Keluarga
a) Apakah yang klien sudah menikah?
b) Apakah klien sudah punya anak?
c) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
d) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
e) Bagaimana tingkat kecemasan klien?
2. Diagnosa Kebidanan dan Intervensi
a. Gangguan konsep diri: citra tubuh negatif
Kondisi di mana seseorang mengalami status peru merasakan, memikirkan, dan
memandang dirinya sendiri. Gangguan konsep diri meliputi perubahan citra tubuh,
ideal diri, performa peran, atau identitas personal.
Kemudian berhubungan dengan :
a.
Patofisiologis
Berhubungan dengan perubahan penampilan, gaya hidup, peran, respons orang
lain, sekunder akibat:
- Penyakit kronis
- Kehilangan anggota tubuh
- Kehilangan fungsi tubuh
- Trauma yang berat
- Nyeri
b. Situasional (Personal,
lingkungan)
Berhubungan dengan perasaan terlantar
atau kegagalan, sekunder akibat:
- Perceraian, perpisahan diri dari orang terdekat, atau kematian
orang yang disayang.
- Kehilangan pekerjaan atau ketidakmampuan untuk bekerja.
Berhubungan dengan immobilitas atau
kehilangan fungsi.
Berhubungan dengan hubungan yang tidak
memuaskan (orang tua).
Berhubungan dengan pilihan seksual
(homoseksual, lesbian, biseksual, abstein).
Berhubungan dengan kehamilan remaja.
Berhubungan dengan perbedaan gender
dalam cara membesarkan anak oleh orang tua.
Berhubungan dengan pengalaman tindak
kekerasan oleh orang tua.
c. Maturasional
Usia pertengahan
Kehilangan peran dan
tanggung jawab
Lansia
Kehilangan peran dan
tanggung jawab
Kemungkinan berhubungan data yang
ditemukan:
- Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh
- Menolak memandag ke cermin
- Tidak bersedia mendiskusikan keterbatasan, deformitas, atau
gangguan penampilan yang dialami
- Menolak menerima upaya rehabilitasi
- Tanda-tanda berduka: menangis, putus asa, marah
- Perilaku merusak diri: minum alkohol, obat
- Menarik diri dari kontak sosial
Tujuan yang diharapkan
:
a. Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya secara
proposional
b. Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnya
Atkinson L,
Rita, 1983, Pengantar Psikologi, Erlangga,
Jakarta.
Hidayat Alimul
A, Aziz, 2008, Pengantar ilmu kesehatan
anak untuk pendidikan Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta
Mujahidah
Khansa,2012, Keterampilan Dasar Praktik
Klinik Kebidanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Uliyah
Musrifatul,2008, Keterampilan Dasar
Praktek Klinik untuk Kebidanan ,
Salemba Medika, Jakarta.
Uliyah
Musrifatul,2008, Praktikum Keterampilan
Dasar Praktik Klinik Aplikasi Dasar-Dasar Praktik Kebidanan , Salemba Medika, Jakarta.
Adhe Febriana, 2013, Makalah
Konsep Dasar Psikososisal, http://dedeol.blogspot.com/2013/10/makalah-konsep-dasar-psikososial.html
, kamis 3 oktober 2013 , 18:28
Indah Febrianty,2011, kebutuhan psikososial, http://indahfebriyantisiwi.blogspot.com/p/kebutuhan-psikososial.html,
29 November 2011, 22.55
Tidak ada komentar:
Posting Komentar