SpongeBob SquarePants

Senin, 01 Juni 2015

KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL


TUGAS
KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN I
KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL
Logo Respati.png










Dibuat oleh                    :
Nama                             : Novianty Lomo
NIM                      : 14150047
Kelas                    :A.11.2
Program Studi      : D3- Kebidanan



Fakultas Kesehatan
Universitas Respati Yogyakarta
Laksada Adisucipto Km.6,3 Depok, Sleman, Yogyakarta

Ringkasan
1.                  Hakikat psikologi
hampir semua aspek kehidupan kita dengan makin kompleksnya masyarakat, psikologi mengembangkan peran yang makin penting dalam memecahkan masalah manusia. Masalah manusia ada yang umum dan ada yang khusus contoh yang umum seperti membesarkan anak agar lebih baik? Bagaimana cara mencegah penyakit jiwa ? dan usaha yang dilakukan untuk menghilangkan stress, dll.
Masalah lainnya bersifat khusus tindakan apa yang terbaik untuk menangani masalah merokok dan kegemukan ? mampukah pria merawat anak-anak seterampil wanita ?
Psikologi berpengaruh dalam kehidupan kita didalam bidang apapun. Terlebih dalam bidang kebidanan dan psikologi tersebut menjadi sangat penting.

Seseorang makan pagi, naik sepeda,berbicara, memerah mukanya, dll. Semua itu mempunyai perilaku yakni kegiatan organisme yang dapat diamati dengan pendekatan perilaku, seorang ahli psikologi mempelajari individu dengan cara mengamati perilakunya dan bukan mengamati kegiatan bagian tubuh.

2.                  Kebutuhan psikososial
Hak-hak Pasien
Hak pasien merupakan bagian dari hak manusia, mengingat hak merupakan tuntutan secara rasional dalam situasi tertentu. Setiap manusia mempunyai hak untuk dihargai sebagai manusia. Beberapa hak pasien dalam pelayanan kesehatan , adalah sebagai berikut:
a.                   Hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil, memadai, dan berkualitas
b.                  Hak untuk diberikan informasi
c.                   Hal untuk dilibatkan dalam pembuatan keputusan tentang pengobatan dan perawatan
d.                  Hak untuk diberikan informed consent
e.                   Hak untuk menolak suatu consent
f.                   Hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong
g.                  Hak untuk mempunyai pendapat
h.                  Hak untuk diperlakukan secara hormat
i.                    Hak untuk konfidentialitas memperoleh kerahasiaan termasuk privasi.
j.                    Hak untuk memilih integritas tubuh
k.                  Hak untuk kompensasi terhadap cedera yang tidak ilegal
l.                    Hak untuk mempertahankan kemuliaan (dinitas)
Conselor
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang, Didalamnya diberikan dukun.


Educator
Mengajar adalah merujuk kepada aktifitas dimana seseorang guru membantu murid untuk belajar. Belajar adalah sebuah proses interaktif antara guru dengan satu atau banyak pelajar dimana pembelajaran obyek khusus atau keinginan untuk merubah perilaku adalah tujuannya. (Redman, 1998 : 8 ). Inti dari perubahan perilaku selalu didapat dari pengetahuan baru atau ketrampilan secara teknis.

Tahap Perkembangan Psikososial
Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian memiliki ciri utama setiap tahapnya adalah di satu pihak bersifat biologis. Adapun tingkatan dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia adalah sebagai berikut:
1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
a.       Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan.
b.      dari lahir sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
c.       bayi sangat tergantung dari pengasuhan.
d.      Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman  dalam dunia.

2. Autonomy vs  Shame and Doubt  (otonomi vs malu dan ragu-ragu)
a.       Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
b.      masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
c.       latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting.
d.      Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas   pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
e.       Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.

3. Initiative vs Guilt ( inisiatif dan rasa bersalah)
a.       Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
b.      masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya.
c.       Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
d.      Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif.
e.       Rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil.
4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)
a.       Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
b.      Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap            keberhasilan dan kemampuan mereka.
c.       Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan       kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
d.      Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau          teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
e.       Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman        baru.
f.       Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi          mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
g.      Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa            rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
h.      Guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.

5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)                                    
a.       Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
b.      Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya.
c.       Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju     dalam kehidupannya.
d.      Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa,          pekerjaan dan romantisme.
e.       Jika remaja menjajaki peran dg cara yang sehat dan positif maka identitas positif akan             dicapai.
f.       Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai      menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
g.      bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri,        perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini.
h.      Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa       tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya.


6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)
a.       Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
b.      Tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat & siap       berkomitmen dg orang lain.
c.       Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan     aman.
d.      Identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim.
e.       Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam          interaksi dengan orang.

7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
a.       Terjadi selama masa pertengahan dewasa
b.      Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan         keluarga.
c.       Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi             terhadap dunia .
d.      Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di             dunia ini.

8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)
a.       Terjadi selama masa akhir dewasa.
b.      cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
c.       Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan   mengalami banyak penyesalan.
d.      Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa.
e.       Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan        kegagalan yang pernah dialami.
f.       Individu ini akan mencapai kebijaksaan




 

Kebutuhan psikososial

1.   Pengertian Kebutuhan Psikososial:
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social, untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal positif .


B. Jenis-jenis Kebutuhan Sosial Psikologi pada Masa Remaja
Menurut Andi Mappiare (1982) ada dua jenis kebutuhan remaja yaitu: kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer itu menyangkut kebutuhan makan, minum, tidur dan lain-lain, sedangkan kebutuhan sekunder berupa kebutuhan untuk dihargai, untuk mendapat pujian, memperoleh kedudukan dalam kehidupan orang lain, menghasilkan sesuatu dan semacamnya.


 Status Emosi
Setiap individu mempunyai kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta, kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Schultz (1966) Merangkum kebutuhan tersebut sebagai kebutuhan interpersonal untuk inklusi, control dan afeksi. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, akibatnya dapt berupa perasaan atau prilaku yang tidak diharapkan, seperti ansietas, kemarahan, kesepian dan rasa tidak pasti.
Kebutuhan interpersonal akan inklusi, control dan afeksi kadang saling tumpang tindih dan berkesinambungan.

Kebutuhan akan inklusi :
Merupakan kebutuhan untuk menetapkan dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan orang. Dalam lingkungan perawatan kesehatan, kebutuhan inklusi dapat dipenuhi dengan memberi informasi dan menjawab semua pertanyaan, menjelaskan tanggung jawab perawat dalm memberi perawatan dan mengenali kebutuhan serta kesukaan pasien.
Kebutuhan akan kontrol :
Berhubungan dengan kebutuhan untuk menentukan dan memelihara hubungan yang memuaskan dengan orang lain dengan memperhatikan kekuasaan, pembuatan keputusan dan otoritas.
Contoh: Saat orang melepaskan tanggung jawab pribadinya dan menjadi pasien yang sangat terikat dan tidak berdaya yang selalu meminta petunjuk dari semua orang mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya. Dibalik prilaku itu tersembunyi ansietas, bermusuhan dan kurang percaya terhadap orang lain  atau diri sendiri. Intervensi keperawatan yang membantu pasien menerima tanggung jawab untum membuat keputusan mengenai perawatan pasien yang menunjang pemulihan control.

Kebutuhan Afeksi :
Seseorang membangun hubungan saling memberi dan saling menerima  berdasarkan saling menyukai. Afeksi diungkapkan dengan kata-kata cinta, suka, akrab secara emosional, pribadi, sahabat, dan intimasi.

Rentang Respon Emosional :

RENTANG RESPONS EMOSIONAL
Respons Adaptif                                                                               Respons Maladaptif

Kepekaan emosional
Reaksi berduka takterkomplikasi
Supresi emosi
Penundaan reaksi berduka
Depresi/mania

Pengertian:
a.       Kepekaan emosiaonal
adalah Respons emosional termasuk dipengaruhi oleh dan berperan aktif dalam dunia internal dan eksternal sesorang. Tersirat bahwa orang tersebut terbuka dan sadar akan perasaannya sendiri.

b.      Reaksi berduka takterkomplikasi
Terjadi sebagai respons terhadap kehilangan dan tersirat bahwa seseorang sedang menghadapi suatu kehilngan yang nyata serta terbenam dalam proses berdukanya.
c.       Supresi emosi
Mungkin tampak sebagai penyangkalan (denial) terhadap perasaan sendiri, pelepasan dari keterikatandengan emosi atau penalaran terhadap semua aspek dari dunia afektif seseorang.

d.      Penundaan reaksi berkabung
Ketidakadaan yang persisten respons emosional terhadap kehilangan . ini dapat terjadi pada awal proses berkabung dan menjadi nyata pada kemunduran proses, mulai terjadi atau keduanya. Penundaan dan penolakan proses berduka kadang terjadi bertahun-tahun.

e.       Depresi atau melankolia
Suatu kesedihan atau perasaan berduka berkepanjangan. Dapat digunakan untuk menunjukkan berbagai fenomena, tanda, gejala, sindrom, keadaan emosional, reaksi, penyakit atau klinik.

f.        Mania
Ditandai dengan elevasi alam perasaan berkepanjangan dan mudah tersinggung.

Konsep Diri
Pendahuluan :
§        KD adalah Semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
§        Berkembang secara bertahap,  saat bayi mulai mengenal dan membedakan diri dengan orang lain.
§        Pembentukan KD dipengaruhi asuhan orang tua dan lingkungan.
§        Tercapai aktualisasi diri ( Hirarkhi maslow) → Perlu KD yang sehat.

Komponen KD :
1.     Body Image ( Citra tubuh)
§         Sikap terhadap tubuh secara sadar dan tidak sadar
§         Mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan
tubuh dulu dan sekarang


2.     Ideal diri
§         Persepsi individu → bagaimana harus berprilaku sesuai standar prilaku.
§         Akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi.

3.     Harga diri (HD)
§         Penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis → sejauh mana prilaku memenuhi ideal diri.
§         Sukses → HD tinggi, gagal → HD rendah
§         HD diperolah dari diri sendiri dan orang lain.

4.     Peran diri (PD).
§         Pola sikap, prilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.

5.     Identitas Diri
§         Kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek dari KD sebagai suatu kesatuan yang utuh.

Faktor yang mempengaruhi KD :
1.      Tingkat perkembangan dan kematangan
Dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak
2.      Budaya
Usia anak → nilai diadopsi dari orang tua.
3.      Sumber eksternal dan internal
Eksternal → Dukungan masyarakat, ekonomi yang bagus.
Internal → humoris, agamis, berpendidikan
4.      Pengalaman sukses dan gagal → meningkatkan/menurunkan KD.
5.      Stresor
Stresor (perkawinan, pekerjaan baru, ujian, ketakutan, PHK, dll), jika koping tidak efektif → depresi, menarik diri dan kecemasan.
6.      Usia, keadaan sakit dan trauma → mempengaruhi persepsi diri



Kriteria Kepribadian sehat :
1.      Citra tubuh yang positif dan kuat
2.      ideal dan realitas
3.      Konsep diri yang positif
4.      Harga diri yang tinggi
5.      Kepuasan penampilan peran
6.      Identitas jelas.

Ciri konsep diri rendah (carpenito, 1995)
1.      Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.
2.      Tidak mau berkaca
3.      Menghindari diskusi tentan topic dirinya.
4.      Menolak usaha rehabilitasi.
5.      Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
6.      Menginglari perubahan pada dirinya.
7.      Peningkatan ketergantungan pada orang lain.
8.      Adanya tanda keresahan seperti marah, putus asa, menangis.
9.      Menolak berpartisipasi dalam perawatan diri.
10.  Tingkah laku merusak, seperti penggunaan narkoba.
11.  Menghindari kontak social.
12.  Kurang percaya diri

  Faktor risiko gangguan konsep diri
1.    Gangguan identitas diri
a)        Perubahan perkembangan.
b)        Trauma
c)        Jenis kelamin yang tidak sesuai
d)       Budaya yang tidak sesuai

2.      Gangguan citra tubuh (body image)
a)        Hilangnya bagian tubuh
b)        Perubahan perkembangan
c)        Kecacatan

3.      Gangguan harga diri
a)        Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
b)        Kegagalan perkembangan
c)        Kegagalan mencapai tujuan hidup
d)       Kegagalan dalam mengikuti aturan normal


4.      Gangguan peran
a)        Kehilangan peran
b)        Peran ganda
c)        Konflik peran
d)       Ketidakmampuan menampilkan peran

   Stress dan Adaptasi
Stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Secara sederhana stress adalah kondisi dimana adanya respons tubuh terhadap perubahan untuk mencapai normal. Sedangkan stressor adalah sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stress. Stressor dapat berasal dari internal misalnya, perubahan hormon, sakit maupun eksternal misalnya, temperatur dan pencemaran.
Seseorang mengalami situasi bahaya, maka respons akan muncul. Respons yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stressor disebut adaptasi. Adaptasi sesungguhnya terjadi apabila adanya keseimbangan antara lingkungan internal dan eksternal. Contoh adaptasi misalnya: optimalnya semua fungsi tubuh, pertumbuhan normal, normalnya reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan menolerir perubahan situasi.

a.       Fisiologi Stress dan Adaptasi
Tubuh selalu berinteraksi dan mengalami sentuhan langsung dengan lingkungan, baik lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah, pernapasan. Maupun lingkungan eksternal seperti cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons normal atau tidak normal. Keadaan diman terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan fungsi normal disebut homeostatis. Homeostatis dibagi menjadi dua yaitu homeostatis fisiologis misalnya, respons adanya peningkatan pernapasan saat berolahraga dan homeostatis psikologis misalnya, perasaan mencintai dan dicintai, perasaan aman dan nyaman.

b.      Respons fisiologi terhadap stress
Respons fisiologi terhadap stress dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu local adaptation syndrome  (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stressor misalnya kalau kita menginjak paku maka secara refleks kaki akan diangkat atau misalnya ada proses peradangan maka reaksi lokalnya dengan menambahkan sel darah putih pada lokasi peradangan dan general adaptation syndrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap stressor yang ada.

                                    Dalam proses GAS terdapat tiga fase:
1)   pertama, reaksi peringatan ditandai oleh peningkatan aktifitas neuroendokrin yang berupa peningkatan pembuluh darah, nadi, pernapasan, metabolisme, glukosa dan dilatasi pupil.
2)   kedua, fase resisten dimana fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan mekanisme pertahan.
3)   ketiga, fase kelelahan ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan darah, panik, krisis.
Dapat berupa depresi, marah, dan kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya buruk. Ada empat tingkatan kecemasan, yaitu : 

1)       Cemas ringan
Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari–hari. Pada  tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati–hati dan waspada. Respons cemas ringan seperti sesekali bernapas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, tidak dapat duduk dengan tenang dan tremor halus pada tangan.

2)      Cemas sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Respons cemas sedang seperti sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak.

3)      Cemas berat
Pada cemas berat lahan persepsi sangat sempit. Respons kecemasan berat seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dab sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, blocking, verbalisasi cepat dan perasaan ancaman meningkat.

4)      Panik
Pada tahap ini lahan persepsi telah terganggu sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa–apa walaupun telah diberi pengarahan. Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis, agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak–teriak, blocking, kehilangan kendali dan persepsi kacau.

a.        Faktor – faktor yang Dapat Menimbulkan Stres
a)    Lingkungan yang asing
b)   Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan            orang lain
c)    Berpisah dengan pasangan dan keluarga
d)   Masalah biaya
e)    Kurang informasi
f)    Ancaman akan penyakit yang lebih parah
g)   Masalah pengobatan


  DEFINISI COPING
Strategi  coping merupakan suatu upaya individu untuk menanggulagi stress yang menekan akibat masalah yang dihadapinya dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya sendiri.
Coping yang efektif untuk dilaksanakan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (lazarus dan folkman).

JENIS-JENIS KOPING YANG KONSTRUKTIF/SEHAT
KOPING KONSTRUKTIF/MERUSAK :
1.Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif yang dianggap paling menguntungkan.
2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan yang tidak berkaitan.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi.
4. Humor
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
5. Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yang lebih konstruktif.
6. Toleransi terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidak jelasan tersebut.
7. Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain.

KOPING POSITIF ( SEHAT)
1. Antisipasi
Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.
2. Afiliasi
Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan.
3. Altruisme
Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada kebutuhan orang lain.
4. Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
5. Pengamatan diri (Self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.

 HUBUNGAN SOSIAL
Hubungan sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses yang asosiatif dan disosiatif. Hubungan sosial asosiatif merupakan hubungan yang bersifat positif, artinya hubungan ini dapat mempererat atau memperkuat jalinan atau solidaritas kelompok. Adapun hubungan sosial disosiatif merupakan hubungan yang bersifat negatif, artinya hubungan ini dapat merenggangkan atau menggoyahkan jalinan atau solidaritas kelompok yang telah terbangun.
Hubungan sosial asosiatif adalah proses interaksi yang cenderung menjalin kesatuan dan meningkatkan solidaritas anggota kelompok. Hubungan sosial asosiatif memiliki bentuk-bentuk berikut ini.
a. Kerja sama
b. Akomodasi; dapat diartikan sebagai suatu keadaan atau sebagai suatu proses. Sebagai keadaan, akomodasi adalah suatu bentuk keseimbangan dalam interaksi antarindividu atau kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma sosial dan nilai sosial yang berlaku. n masalah yang terjadi dapat dilakukan.
c. Asimilasi; adalah proses sosial yang timbul apabila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara interaktif dalam jangka waktu lama.
d. Akulturasi; adalah suatu keadaan diterimanya unsur-unsur budaya asing ke dalam kebudayaan sendiri.



 Bentuk-Bentuk Hubungan Disosiatif

a. Persaingan; adalah suatu proses sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok dalam usahanya mencapai keuntungan tertentu tanpa adanya ancaman atau kekerasan dari para pelaku.
b. Kontravensi; merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dengan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang atau unsur-unsur budaya kelompok lain.
c. Pertentangan/Perselisihan; adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok menantang pihak lawan dengan ancaman dan atau kekerasan untuk mencapai suatu tujuan.

 KONSEP DIRI REMAJA YANG SEHAT.
Menurut Lautel dan Klatell tahun 1991, Konsep diri mempengaruhi kesehatan mental dan bahkan perkembangan kepribadian remaja. Untuk membina konsep diri yang sehat (positif), remaja perlu menilai diri sendiri.
Candles pada tahun 1972 mengemukakan bahwa ramaja yang memiliki penilaian diri sendiri, menapakkan hidup bahagia karena dapat menerima keberadaan dirinya sendiri sebagaimana adanya. Mereka dapat menyadari bahwa mereka bukanlah individu yang sempurna, dan dapat menerima kegagalan dan memahami kegagalan tersebut sebagai jalan untuk sukses, bukan sebagi kebodohan.
Mc Candles mengemukakan konsep  diri remaja sebagai berikut :
1.       Tepat dan sama.
Konsep Diri remaja tepat dan sama dengan kenyataan pada diri remaja tersebut, contohnya adalah remaja merasa dirinya mampu berprestasi di sekolah, kenyataannya memang dia berpretasi di sekolah, atau seorang remaja laki-laki mampu memerankan diri dengan baik dalam penampilan dan tugas serta tanggung jawabnya sebagai seorang lelaki.
2.      Fleksibel.
Konsep Diri remaja yang sehat ditandai oleh fleksibel atau keluwesan remaja dalam menjalankan peran dalam masyarakat. Contohnya sebagai siswa di sekolah tugasnya adalah belajar, sedangkan dirumah tugasnya sebagai seorang kakak mengasuh adik dan membantu keluarga. Remaja ini mudah berubah pendapat, sulit dipercaya dan tidak tegas dalam menentukan jalan hidupnya.
3.      Kontrol diri.
Konsep diri remaja yang sehat mampu mengatur hidupnya sendiri sesuai standar tingkah laku dirinya sendiri, bukan di atur oleh orang lain. Remaja ini mudah menyesuaikan diri dengan standar tingkah laku yang dituntut lingkungan, mudah memotivasi diri untuk mencapai tujuan

C.  Asuhan Kebidanan
1.    Pengkajian
a.    Pengkajian psikologis
1)   Status emosional
-   Apakah emosi sesuai perilaku?
-   Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
-   Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasaanya?
-   Apakah perasaan hati sekarang merupakan cirri khas klien?
-   Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?

2)   Konsep Diri
-   Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
-   Bagaimana orang lain menilai diri klien?
-   Apakah klien suka akan dirinya?

3)   Cara Komunikasi
-   Apakah klien mudah merespons?
-   Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
-   Bagaimana perilaku nonverbal klien dalam berkomunikasi?
-   Apakah klien menolak untuk memberi respons?

4)   Pola interaksi
-   Kepada siapa klien mau berinteraksi?
-   Siapa yang penting atau berpengaruh bagi klien?
-   Bagaimana sifat asli klien : mendominasi atau positif?

b.    Pengkajian Sosial
1)         Pendidikan
a)    Pendidikan terakhir
b)   Keterampilan yang mampu dilakukan
c)    Pekerjaan klien
d)   Status keuangan


2)         Hubungan social
a)    Teman dekat klien
b)   Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
c)    Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?

3)         Faktorkultural social
a)    Apakah agama dan kebudayaan klien?
b)   Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
c)    Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?

4)         Pola Hidup
a)    Dimana tempat tinggal klien?
b)   Bagaimana tempat tinggal klien?
c)    Dengan siapa klien tinggal?
d)   Apa yang klien lakukan untuk menyenangkan diri?

5)         Keluarga
a)    Apakah yang klien sudah menikah?
b)   Apakah klien sudah punya anak?
c)    Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
d)   Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
e)    Bagaimana tingkat kecemasan klien?


2.    Diagnosa Kebidanan dan Intervensi
a.    Gangguan konsep diri: citra tubuh negatif
Kondisi di mana seseorang mengalami status peru merasakan, memikirkan, dan memandang dirinya sendiri. Gangguan konsep diri meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri, performa peran, atau identitas personal.
Kemudian berhubungan dengan :
a.    Patofisiologis
Berhubungan dengan perubahan penampilan, gaya hidup, peran, respons orang lain, sekunder akibat:
-  Penyakit kronis
-  Kehilangan anggota tubuh
-  Kehilangan fungsi tubuh
-  Trauma yang berat
-  Nyeri

b.    Situasional (Personal, lingkungan)
Berhubungan dengan perasaan terlantar atau kegagalan, sekunder akibat:
-  Perceraian, perpisahan diri dari orang terdekat, atau kematian orang yang disayang.
-  Kehilangan pekerjaan atau ketidakmampuan untuk bekerja.
Berhubungan dengan immobilitas atau kehilangan fungsi.
Berhubungan dengan hubungan yang tidak memuaskan (orang tua).
Berhubungan dengan pilihan seksual (homoseksual, lesbian, biseksual, abstein).
Berhubungan dengan kehamilan remaja.
Berhubungan dengan perbedaan gender dalam cara membesarkan anak oleh orang tua.
Berhubungan dengan pengalaman tindak kekerasan oleh orang tua.

c.    Maturasional
Usia pertengahan
            Kehilangan peran dan tanggung jawab
Lansia
            Kehilangan peran dan tanggung jawab

Kemungkinan berhubungan data yang ditemukan:
-   Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh
-   Menolak memandag ke cermin
-   Tidak bersedia mendiskusikan keterbatasan, deformitas, atau gangguan penampilan yang dialami
-   Menolak menerima upaya rehabilitasi
-   Tanda-tanda berduka: menangis, putus asa, marah
-   Perilaku merusak diri: minum alkohol, obat
-   Menarik diri dari kontak sosial

Tujuan yang diharapkan :                                       
a.    Pasien dapat menerima keadaan tubuhnya secara proposional
b.    Pasien dapat beradaptasi dengan keadaan tubuhnya


 Daftar Pustaka

Atkinson L, Rita, 1983, Pengantar Psikologi, Erlangga, Jakarta.
Hidayat Alimul A, Aziz, 2008, Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta
Mujahidah Khansa,2012, Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Uliyah Musrifatul,2008, Keterampilan Dasar Praktek Klinik untuk Kebidanan ,  Salemba Medika, Jakarta.
Uliyah Musrifatul,2008, Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik Aplikasi Dasar-Dasar Praktik Kebidanan ,  Salemba Medika, Jakarta.


Adhe Febriana, 2013,  Makalah Konsep Dasar Psikososisal, http://dedeol.blogspot.com/2013/10/makalah-konsep-dasar-psikososial.html ,  kamis 3 oktober 2013 , 18:28
Indah Febrianty,2011, kebutuhan psikososialhttp://indahfebriyantisiwi.blogspot.com/p/kebutuhan-psikososial.html, 29 November 2011, 22.55


Tidak ada komentar:

Posting Komentar